Sholat Idul Adha di Skadron 21/AAY: Spirit Qurban, Keteladanan Ibrahim dan Ketangguhan Bangsa
"Berkurban bukan sekadar menyembelih hewan. Yang utama adalah menyembelih keserakahan, egoisme dan kezaliman dalam diri kita. Itulah esensi dari..."
UMKM Blitar - Pondok Cabe, 6 Juni 2025, Di atas hamparan apron Skadron 21/AAY Penerbangan TNI AD, gema takbir menggema sejak fajar menyingsing. Ratusan jamaah dari unsur militer, warga Muhammadiyah dan masyarakat umum memadati lokasi pelaksanaan Sholat Idul Adha 1446 H yang berlangsung khidmat dan sarat makna.
Imam Sholat Eid kali ini adalah Ust. Fajri Suraga, S.H.I, seorang imam muda pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta. Suaranya yang mantap dan tenang membimbing para jamaah menunaikan ibadah di bawah langit cerah Pondok Cabe.
Sementara khutbah Eid disampaikan oleh tokoh nasional, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, yang menekankan pentingnya keteladanan Nabi Ibrahim dalam membentuk pribadi dan bangsa yang kuat secara spiritual maupun moral.
“Berqurban bukan sekadar menyembelih hewan. Yang utama adalah menyembelih keserakahan, egoisme dan kezaliman dalam diri kita. Itulah esensi dari ketakwaan,” ujar Prof. Mu’ti dalam khutbahnya.
Ia menegaskan bahwa ibadah qurban adalah bentuk nyata penghambaan kepada Allah yang harus diwujudkan dalam tindakan sosial, kepedulian terhadap sesama dan solidaritas kemanusiaan.
Refleksi Keteladanan Ibrahim
Lebih lanjut, Prof. Mu’ti mengangkat dimensi kepemimpinan Nabi Ibrahim sebagai inspirasi untuk membangun bangsa.
“Ibrahim adalah pemimpin spiritual sekaligus sosial. Ia bukan hanya tunduk kepada Allah, tetapi juga memohon keamanan dan kesejahteraan untuk bangsanya. Ini penting diteladani dalam konteks kehidupan berbangsa hari ini,” ucapnya.
Nilai-nilai keberanian, keikhlasan dan cinta kepada tanah air menjadi bagian tak terpisahkan dari makna qurban yang aktual.
Ketangguhan Prajurit dan Keikhlasan Berbangsa
Komandan Skadron 21/AAY, Letkol Cpn M. Rofi'i, SIP, menyambut baik pelaksanaan kegiatan bersama masyarakat ini sebagai momentum pembinaan rohani prajurit sekaligus memperkuat sinergi sipil-militer.
“Idul Adha mengajarkan kita ketangguhan spiritual. Sebagai prajurit dan warga negara, kami belajar dari Nabi Ibrahim tentang arti pengorbanan dan loyalitas sejati,” ujar Letkol Rofi'i.
Menurutnya, prajurit tidak hanya bertugas menjaga kedaulatan, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi teladan dalam kehidupan sosial dan keagamaan.
Panitia Bersinergi: Muhammadiyah dan TNI AD
Kegiatan ini merupakan hasil sinergi dari tiga unsur: Pengurus Ranting Muhammadiyah Pondok Cabe Ilir, Pengurus Ranting Muhammadiyah Legoso dan Skadron-21/AAY Penerbangan TNI AD. Kolaborasi ini mencerminkan semangat kebersamaan antar elemen masyarakat dalam merayakan hari besar keagamaan.
Perwakilan panitia menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan semata ritual ibadah, melainkan juga bagian dari upaya membangun hubungan sosial yang harmonis dan inklusif.
“Kami ingin membangun tradisi berqurban yang tidak hanya ritualistik, tapi juga sarat makna sosial. Ini adalah ibadah yang memperkuat rasa persaudaraan lintas latar belakang,” ujar salah satu panitia.
Ibadah yang Melampaui Seremonial
Prof. Mu’ti dalam penutup khutbahnya menyampaikan bahwa umat Islam harus menjadikan Idul Adha sebagai momentum kontemplatif untuk merefleksikan diri, memperbaiki niat, serta memperkuat peran sosial dalam masyarakat.
“Yang diterima Allah bukan daging dan darah, melainkan ketakwaan. Maka dari itu, mari jadikan Idul Adha sebagai pendorong untuk menjadi insan yang lebih peduli, ikhlas dan bertanggung jawab terhadap umat dan bangsa,” tutupnya.
Takbir kembali bergema. Jamaah bertebaran dengan hati yang riang gembira dan mata berbinar. Sholat Idul Adha di Skadron 21/AAY bukan sekadar ibadah tahunan, tetapi perwujudan nilai-nilai luhur dalam bingkai keteladanan, kebersamaan dan kecintaan pada tanah air.